Rabu, 03 Juni 2015

Tarsius

Tarsius
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
 Posisi filogenetik tarsius yang hidup sekarang banyak diperdebatkan pada abad yang lalu, dan tarsius diklasifikasikan secara bergantian pada Strepssirhini pada subordo prosimia, atau sebagai grup saudara.
Diindikasikan bahwa tarsius, yang semuanya dimasukkan pada genus Tarsius, sebenarnya harus diklasifikasikan pada dua (grup Sulawesi dan Filipina-Barat) atau tiga generasi yang berbeda (grup Sulawesi, Filipina dan Barat). Taksonomi di tingkat spesies ini cukup rumit, dengan morfologi seringkali digunakan secara terbatas dibandingkan vokalisasi. Beberapa "ragam bentuk vokal" mungkin mewakili taksa yang belum dideskripsikan, yang secara taksonomis terpisah dari Tarsius tarsier (=spectrum) (seperti tarsius dari Minahasa dan kepulauan Togean), dan banyak tarsius lain dari Sulawesi dan pulau-pulau di sekitarnya (Shekelle & Leksono 2004). Hal ini mungkin juga merupakan penyebab kasus sejumlah populasi tarsius Filipina yang terisolasi dan kurang diketahui keberadaannya seperti populasi Basylan, Leyte dan Dinagat dari grup T. syrichta. Kerancuan lebih lanjut muncul pada validitas nama-nama tertentu. Diantaranya, T. dianae yang sering dipakai telah ditunjukkan sebagai sinonim junior dari T. dentatus, sama halnya dengan itu, T. spectrum sekarang dianggap sinonim junior dari T. tarsier. Terlebih lagi, T. tarsier yang diperdebatkan sebagai sinonim senior dari T. spectrum yang dipakai secara luas.
Semua jenis tarsius bersifat nokturnal, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki Fovea suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal.
Otak tarsius berebda dari primata lain dalam hal koneksi kedua mata dan lateral lenuculate, yang merupakan daerah utama di talamus yang menerima informasi visual. Rangkaian lapisan seluler yang menerima informasi dari bagian mata ipsilateral (sisi kepala yang sama) and contralateral (sisi kepala yang berbeda) di lateral geniculate nucleus membedakan tarsius dari lemur, kukang, dan monyet, yang semuanya sama dalam hal ini.
Satu jenis tarsius, tarsius Dian T. dentatus; terdaftar segabai sinonim juniornya T. dianae oleh IUCN, terdaftar di IUCN Red List berstatus bergantung dari konservasi. Dua spesies/subspesies lain , Tarsius Barat (T. bancanus) dan subspesies nominasinya (T. bancanus bancanus , terdaftar dengan status resiko rendah. Tarsius Sulawesi (T. tarsier; terdaftar sebagai sinonim juniornya T. spectrum) dikategorikan sebagai hampir terancam. Jenis tarsius lain terdaftar oleh IUCN sebagai data kurang.  Adapun di Indonesia..
Tarsius tidak pernah sukses membentuk koloni pembiakan dalam kurungan, dan bila dikurung, tarsius diketahui melukai dan bahkan membunuh dirinya karena stres.
Satu situs mendapat keberhasilan mengembalikan populasi tarisus di pulau Filipina Bohol. phillipine tarsier foundation telah mengembangkan kandang besar semi-liar yang memakai cahaya untuk menarik serangga nokturnal yang menjadi makanan tarsius.
Pada tahun 2008 dideskripsikan tarsius Siau yang dianggap bestatus kritis dan terdaftar dalam 25 primata paling terancam oleh conservation international dan IUCN/SCC Primate Specialist Group tahun 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar